Jumat, 03 Juni 2011

Akhir Cerita Cinta

SUATU persaan yang menyakitkan buatku. Tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Pertemuanku yang terakhir dengan pacarku berakhir di Bandara Polonia, Medan. Pikiranku akan dirinya tak bisa hilang dalam benakku sampai sekarang.

“Sebuah kisah cinta yang tak selalu berakhir sempurna

Tabahkanlah hatiku bila kau merasa cinta

Telah menyakiti dirimu pada akhir cerita”



Satria telah terbang ke Prancis selasa kemarin, untuk kuliah disana selama 5 tahun. Waktu yang sangat lama buatku untuk terpisah dari pacar yang sangat ku sayangi. Ku coba untuk tegar menjalani hidup ini, ku coba ikhlas untuk menerima semua kenyataan ini, walau sakit di hatiku. Ku coba untuk senyum kepada teman-temanku, sahabatku, orang tuaku walau sedih yang sangat mendalam di hatiku.

Sebelum keberangkatannya ke Prancis, aku telah menemaninya di Bandara untuk melepas kepergiannya yang sangat lama. Ku coba tegar, ikhlas, senyum di sampingnya. Ku coba menahan tangis dalam batinku.

“Luna, kenapa diam saja….?” Tanya Satria kepadaku.

“oh… gak kenapa-kenapa kok” jawabku dengan senyum tipis.

“pesawat aku udah tiba, aku berangkat ya….. Bunda sama papa aku udah nunggu. Kamu jaga diri baik-baik ya selama aku di Prancis. Harus kamu ingat ya Luna aku pasti akan kembali untuk mu, aku akan selalu menyayangi mu” kata Satria dengan lembut dan memelukku hangat.

“kamu juga jaga diri baik-baik ya…. Kamu kembali ke Indonesia harus jadi orang yang sukses….!” Jawabku dengan nada rendah di pelukan Satria, air mata ku pun menetes di pipiku.

“iya….. Doain aku ya semoga bisa sukses. Kamu tunggu aku ya….. Sudah jangan nangis” kata Satria memegang tanganku dan menghapus air mataku yang menetes di pipiku lalu meninggalkan sebuah surat di tanganku dan dia pun berlalu meninggalkanku.

“iya…. Aku pasti akan mendoakanmu dan menunggumu” jawabku dalam hati.

**

Aku duduk sendiri di taman dan ditemani angin yang berhembus yang menemani aliran denyut nadiku. Lalu ku baca sebuah surat yang ditinggalkan Satria kepadaku.



“Tak ingin sampai disini ku ingin selamanya

Sampai akhir kehidupan ku ingin selalu bersama

Apa yang kita alami pasti terekam dalam memori

Susah senang bersamamu jadi pesan abadi

Ku takkan pernah menyingkir dari pelukan erat kasih sayangmu

Temukan cinta, abadikan rasa

CINTA INI UNTUK SELAMANYA

Meski jarak memisahkan ku takkan diam dan akan terus bertahan

HINGGA AJAL DIDEPAN MATA

Disini ku rindu akan sesosok saat kau masih disini

Mungkin ini suatu awalan perpisahan kita

Dengan perpisahan ini kita berdua terluka

Jika suatu saat aku akan kembali

Ku ingin kau seperti waktu yang dulu lagi

Dan aku akan terus meminta dan berharap pertemaun kita

Memori kita kan ku kenang selalu

Kan selalu ku ingat kamu disepanjang hidupku

Andai kau tau betapa sayangku padamu

Kiniku pergi tetapi ku tetap menyayangimu sampai mati”

“Aku akan selalu menyayangimu Luna”

Aliran air mataku membanjiri pipiku, menemaniku membaca surat itu.

**

Keesokan harinya, ku sambut pagi dengan senyum palsuku yang tak pernah ku lakukan sebelumnya. Ku sambut pagi dengan kicauan burung yang menemani langkahku pergi ke Sekolah. Setibanya di Sekolah, ku hanya bisa duduk, diam dan diam di kelasku yang cukup luas. Pelajaran seolah-olah tidak ada yang masuk di otakku. Teman-temanku menanyakan kenapa aku diam saja hari ini.

“walaupun mereka belum kenal betul dengan pacarku, apa salahnya aku mencoba untuk curhat dengan temanku, ini juga bisa meringankan bebanku” kataku dalam hati.

teman se-gang ku Rahma dan Ais menghampiriku.

“kamu kenapa diam aja hari ini Luna? Biasanya kamu paling cerewet di kelas……..” Tanya Rahma.

“Satria, pacarku yang pernah aku ceritain sama kalian waktu itu…..” perkataanku terputus, aku terdiam menahan tangis.

“kenapa? Kenapa dengan dia??” Tanya Ais penasaran.

“dia udah berangkat ke Prancis untuk kuliah disana selama 5 tahun” sambungku yang masih menahan tangis.

“udahlah Luna…. Dia kesana untuk belajar bukan untuk main-main” Ais menasehatiku.

“iya Luna, kamu harus bisa menerima kenyataan ini. Kamu juga harus bisa belajar untuk melupakan Satria” Rahma berkata lembut dan bijaksana.

“tapi bagaimana caranya …!!” jawabku dengan emosi.

Teman baik ku yang lain datang ke kelas setelah mereka dari kantin. Melihat pembicaraan kami yang cukup serius, teman-temanku Adit, Ikbal, dan Rian, begitu nama panggilan mereka datang menghampiri kami.

“duueeeerr… Ada apa ini serius amat pembicaraan kalian” Tanya Adit kepada kami.

“ini looo…. Pacar Luna, kemarin sudah berangkat ke Prancis untuk kuliah disana selama 5 tahun” jelas Rahma.

“terus?” Tanya ikbal.

“jadinya Luna sedih dee….. Dia diam aja nih dari tadi” Sambung Ais.

“pantesan tadi aku tanya kenapa dim aja nggak seperti baiasanya, ternyata karena pacarnya udah berangkat ya……?” tanya Adit.

“ya….” Jawabku dengan nada lemas.

“udah-udah…. Jangan sedih gitu donk…. Masih banyak cowok-cowok menunggumu, termasuk aku… hehe….” Ledek Rian sambil senyam-senyum.

“apa kamu senyam-senyum?!” sambar ku kesal.

“maaf-maaf Luna, aku hanya ingin menghibur kamu aja supaya gak sedih lagi…. Jangan sedih dooonk…. Kan ada kita-kita ni yang bakalan selalu ada buat kamu”

“menurut aku nih yaa… Kamu harus bisa melupakan dia”

“tapi gimana caranya adit…………??” Tanya Luna lesu kepada Adit.

“caranya kamu pacaran sama aku… hahahaha…..”

“kamu sama sekali nggak lucu Rian……….!!” Marahku kepada Rian.

“kamu harus bisa menghilangkan ingatanmu terhadap Satria, kamu harus melupakannya! Mungkin pertama sulit, tapi setelah dijalani pasti kamu bisa. Kami teman baik kamu, kami nggak mau ngeliat kamu sedih terus-terusan seperti ini…..!!” tegas Adit.

“tapi aku nggak bisa………”

“kamu bisa!” sambung Ikbal tegas.

“aku nggak bisaaa…!!!” bentakku marah dan meniggalkan mereka dan berkata dalam hati

“aku tidak bisa melupaknnya” air mata mulai mengalir di pipiku. Kini ku mulai putus asa pada masalah ini.



Rahma mengejarku dan menarik tanganku

“Luna, kamu jangan nyerah gitu doonk… kamu tidak boleh putus asa, kamu harus yakin pada dirimu sendiri kalau kamu bisa melakukannya”

Teman-temanku menghampiriku, dan aku hanya bisa diam dan diam.

“udahlah Rahma, dia nggak bisa di nasehati, biarin aja dia”

“nggak boleh gitu Ais, dia lagi butuh dukungan kita” sambung Adit bijaksana.

“iya Ais, dia butuh dukungan kita, kita harus bawa spanduk untuk dukung Luna… ayooo semangat…..” ledek Rian.

“nggak lucu Rian!!” sambar Ikbal kesal.

“dia nggak mau dengerin omongan kita…. Percuma aja kita nasehati dia”

“maaf Ais…. Aku lagi pengen sendiri sekarang” dan aku meninggalkan mereka berjalan di koridor sekolah.

“Luna… !! tunggu…!” kejar Rahma.

“ada apa?”

“jangan sedih yaaa…. Kalau mau cerita, cerita aja sama kami supaya beban kamu agak berkurang”

“ia…. Makasih ya Rahma…… aku sayang kalian semua”

Aku kembali pulang ke Rumah dengan dada yang terasa sesak menemani tiap langkah perjalananku ke Rumah.

**

Suara azan yang merdu dari Mesjid yang ku dengar, memanggilku untuk memenuhi kewajibanku. Dalam do’a ku terisak tangis untuk bisa melupaknnya walupun berat. Betapa sedihnya hari ini. Ku harus lalui hari-hariku tanpa senyuman dan canda tawa seorang kekasih yang selalu memberi keceriaan dalam hidupku.


By : Sri Endang Wahyuni

0 komentar:

Posting Komentar